Menulis adalah Eksistensial

Saya bertanya-tanya, apakah dalam segala konsep pengembangan sumber daya manusia dikenal istilah kontingensi? Kalau tidak, itu sangat bisa dimengerti. Masalahnya adalah, berbicara soal kapabilitas manusia, sebuah sistem atau organisasi pada umumnya akan harus menerapkan ukuran-ukuran konkret sebagai bukti kompetensi, dan bukti itu sering kali adalah hanya secarik kertas; entah ijasah, entah sertifikat, atau yang lain. Celakanya, bukti kompetensi itu acap kali tidak sesuai dengan kenyataannya. Maka banyak orang ikut serta dalam segala bentuk peningkatan jenjang pendidikan dengan diam-diam menghayatinya sebagai sebuah peluang untuk naik ke tingkat sosial yang lebih tinggi. Mungkin orientasinya adalah, seperti naik ke tangga yang lebih tinggi dengan mata tertutup, dan tangan meniti tali tambang yang sudah dipancangkan, sebagai penuntun.

keyboard_typing Dalam kaitan itu, sering saya temui bahwa manajemen tidak fleksibel. Lebih tepatnya adalah, tidak mampu untuk melihat kenyataan konkret. Kompetensi seringkali merupakan persepsi yang dibentuk berdasarkan bukti-bukti di atas kertas tadi, tidak secara empiris berdasarkan bukti nyata dari kemampuan riil yang telah atau bisa dibuktikan. Dalam konteks ini, karena pertimbangan yang birokrasional, eksistensi seseorang bisa menjadi terpinggirkan, bahkan mungkin turun menjadi seolah kurang signifikan bagi sistem. Pada kenyataannya, barangkali seseorang bisa saja sebenarnya memiliki kapabilitas tertentu, yang mungkin tidak diwadahi mekanisme pembuktian kompetensi, atau mungkin juga tidak bisa difasilitasi oleh sistem. Untuk mereka ini, saya pikir, Internet adalah jalan keluarnya.

jejak Internet memang jalan keluar, meski harus segera dikatakan bukan solusi untuk segala hal. Saya pikir, berkurangnya nilai eksistensi seseorang dalam konteks sosial dapat dikompensasikan dan diaksentuasikan melalui internet. Ini harus segera buru-buru ditambahkan bahwa kompensasi dan aksentuasi itu adalah yang positif dan produktif, tidak sekedar bukti dari kecenderungannya membuang waktu atau sekedar aktualisasi keasyikan yang tidak bertujuan. Bagi saya, bentuk itu adalah segala hal yang berkaitan dengan produksi dari sesuatu yang bisa kita share di Internet. Mulai dari yang berupa tulisan, foto, movie, musik, … apapun itu yang wujudnya bisa didigitalkan dan dimuat ke Internet.

Yang paling mudah tentu saja adalah yang bentuknya tulisan. Oleh karena itu, menulis memiliki makna eksistensial. Tulisan kita di internet adalah backup dari jejak eksistensi kita, alternatif dari wahana di mana publik akan memiliki persepsi tentang kompentensi kita pada sesuatu. Sejauh kita mengarahkannya, tulisan-tulisan di Internet adalah sebuah proof of credibility, meskipun dampaknya barangkali tidak langsung / segera: tinggal menunggu waktu sebelum seseorang menemukannya, membacanya, atau memanfaatkannya. Hanya dengan cara begini, upaya untuk mendevaluasi nilai eksistensi kita bisa sedikit terobati. Saya bilang sedikit, dan akan ada saatnya itu bisa menjadi sebuah kompensasi yang sempurna, yaitu manakala penetrasi internet menjadi lebih dalam lagi dalam kehidupan dan konvergensi media menjadi kenyataan lumrah dalam konteks kepemilikannya yang semakin luas.

(Ini adalah pindahan tulisan saya dari tempat lain. Saya tulis ini pada 14 Januari 2016)